Bripka Suryawan, pengabdian yang diganjar penghargaaan

Bripka Suryawan, pengabdian yang diganjar  penghargaaan


Jumat 01 Juli 2016 18:08:05 WIB
Tribratanewsriau. Namanya Suryawan Fadlin, umurnya saat ini 36 tahun. Ia adalah sosok yang sangat dikenal dan dihormati oleh warga desa Simpang Gaung Kabupaten Indragiri Hilir. Sejatinya "Pak Iwan", begitu Bripka Iwan biasa dipanggil oleh warga desa Simpang Gaung, adalah seorang Anggota Polisi yang bertugas sebagai Bhabinkamtibmas di desa tersebut. Keberadaan Bripka Iwan sejak sekitar tahun 2013 lalu sangat dibanggakan oleh warga sekitar. Bripka Iwan sangat dekat dan merakyat namun disegani semua warga. Dari tangan dinginnya lahir ide ide untuk memajukan masyarakat sekitar. Karena kiprahnya itu juga kemudian beliau mendapat penghargaan dari Kapolda Riau saat perayaan Hari Ulang Tahun Polri yang baru saja digelar di SPN Pekanbaru. (01/07/ 2016)

Perlu diketahui masyarakat desa Simpang Gaung Kabupaten Inhil adalah masyarakat yang tergolong desa yang sangat tertinggal. Sangat sulit bagi kita saat ini untuk menemukan sebuah desa yang memiliki tingkat buta huruf diatas 3%, tapi di desa ini tingkat buta huruf masyarakatnya malah 15%. Ini sebuah angka yang mampu membuat kita terlompat kaget. Kemana pemerintah kabupaten di daerah ini...??  Apa yang sudah mereka buat dengan masyarakat desa ini...?? 

Inilah terobosan yang dilakukan oleh Bripka Iwan. Masyarakat yang tidak bisa tulis baca diajarkannya membaca, menulis dan tak ketinggalan bagi pelajar SMP/SMA yang jumlahnya sangat sedikit diajarkan Ilmu Komputer terapan seperti Adobe Photoshope dan Adobe Premiere C.S 6 untuk olah foto dan olah video. Maksud Bripka Iwan adalah dengan adanya ilmu olah foto, mereka setelah tamat SMA akan mampu mandiri membuka toko foto copy dan cuci cetak foto serta bisa mengolah video pre wedding dan pesta pernikahan, serta pengetahuan soal Internet dengan menggunakan empat unit komputer milik pribadinya yang didedikasikan untuk pelajaran computer bagi anak didiknya. Dan semuanya gratis buat warga. 

Bripka Iwan dalam operasional mengajar menggunakan PLN milik rumah seorang masyarakat. Seminggu ia mengajar dua kali atau delapan kali dalam sebulan. Ia membayar biaya PLN rumah seorang masyarakat desa dari uang kantongnya sendiri. Yang menyulitkan bagi Bripka Iwan adalah PLN di wilayah ini adalah PLN yang hidup khusus pada malam hari saja sehingga pelajaran computer terpaksa dilakukan malam hari. Pelajaran membaca dan menulis juga dilakukan malam hari karena kesibukan warga ke ladang. 

Beruntungnya Bripka Iwan karena Sang isteri, Yesi Sartika, SPdI, sangat mendukung pengabdian yang diemban suaminya.  Sebagai seorang guru bahas Inggris di SMP Tembilahan, Ibu kota Kabupaten Indragiri Hilir ini tentu ia sangat paham bagaimana "jiwa pendidik" yang dimiliki oleh suaminya.  Pasangan yang kini telah dikarunia tiga orang anak ini bisa saling mengisi dan mengerti akan tugas tugas kemanusiaan yang diemban oleh suaminya.

Bripka Iwan juga sangat giat memberikan penyuluhan pada masyarakat. Orang tua di wilayah desanya ini adalah masyarakat yang sibuk dengan berladang. Terkadang pada musim berladang tiba, para orang tua ini berangkat ke ladang selama dua hingga tiga bulan. Akibatnya anak anak lelaki dan anak gadis mereka tinggal di rumah tak ada yang kontrol. Pergaulan antar anak muda menjadi tanpa pengawas. Setiap tahun selalu ada satu dua pasangan muda yang terpaksa dinikahkan karena kehamilan dini. 

Yang tidak bisa dihindari juga adalah banyak anak muda desa ini yang keranjingan mengisap lem dan meminum sejenis obat batuk yang dikonsumsi dalam jumlah sekian bungkus membuat teller seperti efek mengisap lem juga. Ini tentu saja jadi PR yang harus mampu ia selesaikan selaku Bhabinkamtibmas desa Simpang Gaung ini. 

Namun yang jadi pertanyaan kini adalah, kemana Bupati dan Camat di wilayah ini...?? Apa program yang mereka lakukan sebagai pembesar di Kabupaten Indragiri Hilir sehingga tingkat masyarakat yang buta huruf bisa meledak setinggi ini...?? Wallahu a'lam... (AA)
Scroll to top