Sabtu 15 Oktober 2016 16:35:43 WIB
Namanya Rudi Pardede. Ia adalah seorang Bintara Polisi yang bertugas di Polresta Pekanbaru yang pada hari Kamis (13/10/2016) kemaren mendapat ucapan selamat dari Kapolri Tito Karnavian karena keberhasilannya meraih gelar Doktor ilmu Hukum dengan predikat Cum Laude. Lahir dan besar di sebuah kampung bernama "Parlembuan", yang dapat dipastikan dalam peta Bumi belum terdapat nama kampung seperti itu. Kampung terpencil itu terletak di kecamatan Sipahutar kabupaten Tapanuli Utara yang beribu kota Tarutung di Sumatera Utara. Terlahir tanggal 10 Agusutus 1978, "Rudi kecil" menghabiskan masa kanak kanaknya di kampung ini. Sebagaimana anak anak lain dikampungnya, ia ikut dengan orang tuanya bekerja di sawah, mulai dengan mencangkul menggemburkan tanah sawah, menghaluskan lumpur sawah dengan genangan air agar layak disemai benih padi, menjaganya hingga bisa dipanen dan siap tuai, adalah kehidupan rutin yang selalu dijalani dimasa kanak kanaknya.
Memasuki masa sekolah ia harus berjalan kaki ke sekolah tanpa mengenal sepatu dengan jarak tempuh sekitar 2,5 jam berjalan kaki. Pulang sekolah, ia tak sempat bermain seperti anak anak seusianya karena makan siang sudah disiapkan di pondok sawah milik orang tuanya. Rutinitas itu selalu ia jalani hingga kelas 6 SD. Talenta sebagai pendidik sudah terlihat sejak ia kelas 5 SD. Hal ini disebabkan karena sekolahnya hanya punya satu orang guru dan satu kepala sekolah. Kekurangan guru ini mengakibatkan Rudi kecil diminta sang guru untuk mengajar adik adik kelasnya. Rudi kecil juga sering mengantar SD nya menjadi juara lomba cerdas cermat ditingkat kabupaten.
Setamat SD, Tekad kuat untuk merubah nasib mengantarnya merantau ke Jambi, numpang tinggal dirumah kakak perempuannya. Awal awal menjadi murid di SMP 15 Jambi bener bener hari yang berat dan penuh tekanan baginya untuk belajar karena ia tak mengerti dengan bahasa Indonesia. Prestasi belajarnya anjlok karena tak paham apa yang diucapkan guru dalam bahasa Indonesia. Satu tahun pertama benar benar digunakan untuk adaptasi bahasa. Dikelas dua SMP barulah "shock mental" ini berlalu karena ia mulai mampu gunakan bahasa Indonesia. Dan prestasi belajarnya kembali dapat diraih. Namun kerasnya tempaan hidup tetaplah merupakan makanan sehari hari yang tak takut untuk ia lalui. Menjadi "kuli bangunan" juga dijalaninya mulai siang sepulang sekolah hingga menjelang malam. Pekerjaan ini dijalani hingga tamat di SMA Nasional Sariputra Jambi. Sedikit punya bakat melukis, Rudi kecil juga mengasah kemampuan melukisnya dengan melukis diatas kaca. Ia menerima pesanan lukisan kaca dalam ukuran kecil dengan bentuk ucapan selamat Ulang tahun atau tergantung pesanan pelanggannya.
Setamat SMA, ia pindah ke Pekanbaru, bakat lukisnya tetap ia asah sambil mencari nafkah. Walau hidup pas pasan dari melukis ia melanjutkan pendidikannya dengan mengambil kuliah Fakultas Ilmu Hukum. Disinilah ia "iseng" mendaftar masuk Polisi tahun 1999. Jaman dimana Indonesia masih belum sembuh dari krisis Moneter dan Rezim Soeharto baru saja jatuh ia malah lulus test masuk Polisi dengan murni. Stigma buruk "masuk polisi harus nyogok" mampu ia patahkan. Rudi muda buktikan bahwa paradigma masyarakat itu salah. Ia menjadi sampel hidup bahwa kualitas dirilah yang mengantarnya lulus dan jadi Bintara Polisi.
Masa dinasnya sebagai anggota Sabhara Polresta Pekanbaru tidak begitu lama, Suami dari Meileni Situmorang dan ayah tiga anak yang masih kecil kecil ini dimutasi ke Sat Reserse Polresta Pekanbaru. Ia masih tetap kuliah dan melanjutkan hingga ke jenjang Master Hukum. Terakhir saat dinobatkan sebagai seorang Doktor Ilmu Hukum dari Universitas Islam Bandung, ia mampu meraih IP dengan predikat Cum Laude. Posisi inilah yang membuat decak kagum dan ucapan selamat dari Kapolri Tito Karnavian hari Kamis kemaren atas prestasi yang diraih Bintara Polisi berpangkat Bripka ini.
Selain tugas utamanya sebagai Penyidik di Sat Reskrim Polresta Pekanbaru, hari harinya saat ini juga diisi dengan mengajar sebagai dosen Luar biasa di UNRI dan PKPA Pradi Universitas Lancang Kuning dan menjadi narasumber diberbagai tempat dalam disiplin ilmu hukum yang menjadi profesinya.
Dalam kisah DR Rudi Pardede ini kita belajar bahwa setiap kesuksesan pasti bisa dicapai dengan kerja keras. Taka da yang tak mungkin, kendala pasti muncul dan solusi pasti didapat saat kita serius untuk menyelesaikan apapun kendala yang menghadang.
Semoga perjuangan Bripka DR Rudi pardede, SH, MH ini dapat menjadi teladan bagi anak muda manapun yang sedang dalam pencarian mencari jati diri dan sedang menempa diri menggapai cita cita masa depannya. (AA)