Sabtu 30 September 2017 22:48:08 WIB
tribratanewsriau.com. Wakapolresta Pekanbaru, Edy Sumardi saat bersama Soffan Qital, Jumat (29/9). Foto Idon Tanjung
PEKANBARU (RPZ)- Terkait soal Soffan Qital (16) putus sekolah karena tidak bayar uang pembangunan, pihak SMK Telkom angkat bicara. Bahkan, Ketua Yayasan, Faisal, membantah kalau siswa tersebut tidak diperbolehkan masuk sekolah.
Bantahan itu disampaikan langsung oleh Faisal pada Riaupotenza.com (Pekanbaru Pos Group), Sabtu (30/9) malam, melalui sambungan telepon. "Informasi itu tidak benar. Saya juga terkejut baca berita soal ini," ujar Faisal.
Dia mengatakan, bukan sekolah yang menelantarkan Soffan, tetapi orang tuanya, Annahdi (62) yang tidak datang ke sekolah membicarakan hutang pembangunan tersebut. Ketika ditanya apakah benar Soffan Qital memiliki hutang pembangunan sekitar Rp2,1 juta di sekolahnya, Faisal menyatakan benar.
"Kalau tidak salah iya ada utang. Tapi bukan berarti sekolah memutuskan pendidikan anak ini," katanya.Bahkan pihaknya mengaku kalau ada anak yang kurang mampu bersekolah di SMK Telkom, biasanya dibantu atau diberikan keringanan.
"Gak mungkin sekolah yang memutuskan. Itu sangat disayangkan. Kalau sekolah yang memutuskan saya panggil gurunya itu. Kita saja kalau ada siswa yang tidak mampu kita gratiskan," katanya lagi.
Jadi kata Faisal memang Soffan yang tidak mau datang ke sekolah mengikuti pelajaran dan Mid Semester.Selanjutnya dia menegaskan, apabila sudah tiga hari siswa tidak masuk sekolah, maka dipanggil orang tuanya."Orang tuanya (Soffan) tidak mau datang. Kalau dia (Annahdi) ada itikad datang ke sekolah kita bantu," jelasnya.
Ketika ditanya lagi apakah benar gara-gara tidak bayar uang pembangunan Soffan tidak bisa ikut Mid Semester, lagi, lagi Faisal membantah.
"Tidak, tidak. Masih banyak yang gak bayar. Bahkan bertahun-tahun tidak bayar tetap bisa ujian. Tapi harus ada itikad datang ke sekolah," jawanya.
Sehingga menurut Faisal tidak masuk sekolah karena takut ada hutang pembangunan yang belum dilunasi.
"Memang dia yang gak mau datang. Coba datang ke sekolah kan bisa dibicarakan. Jadi kasus ini tidak benar. Kalau perlu Wakapolresta Pekanbaru (AKBP Edy Sumardi) datang ke sekolah kita untuk menentukan kebenarannya. Wartawan pun jangan asal tulis saja," tambah Faisal mengakhiri sambungan telepon.
Pemberitaan sebelumnya, Wakapolresta Pekanbaru, AKBP Edy Sumardi berkunjung ke rumah orang tua Soffan, Annahdi dalam kegiatan Jumat Barokah, Jumat (29/9) kemarin.
Di samping memberikan bantuan, satu dari delapan anak pria duda (Annahdi) itu mengeluhkan soal sekolahnya di SMK Telkom yang terletak di Jalan Melati, Kecamatan Tampan.
Kepada Edy Sumardi, Soffan mengaku sudah seminggu tidak masuk sekolah dan tidak bisa ikut ujian mid semester, karena tidak melunasi uang pembangunan.
Jika tidak dibayar, wali kelas diketahui bernama Teguh dan Wakil Kepala Sekolah SMK Telkom, Tetri, tidak memperbolehkan Soffan ikut ujian mid semester tersebut.
Lantas Edy Sumardi kaget dan sedih mendengar cerita bocah tersebut. Bahkan langsung dipeluk oleh orang nomor dua di Polresta Pekanbaru itu.
"Kita akan mencarikan solusi. Jangan sampai anak ini putus sekolah karena biaya. Kita lakukan pendekatan ke sekolahnya bahkan ke dinas pendidikan," kata Edy Sumardi, Jumat (29/9).
Untuk diketahui, Soffan tinggal bersama ayahnya, Annahdi dan tujuh saudaranya di wilayah RT 02 RW 07, Kelurahan Bina Widya, Kecamatan Tampan, Pekanbaru.
Untuk membiayai sekolah, Soffan terpaksa ikut membantu ayahnya bekerja di kebun semangka.
Namun uang yang didapat ternyata tidak cukup untuk melunasi hutang di sekolahnya. Saat ini Soffan masih duduk di bangku kelas satu jurusan teknik sepeda motor (TSM).
Namun sejak tanggal 18 September kemarin sudah tidak masuk sekolah karena belum melunasi kewajiban di sekolahnya. Hingga kini Soffan hanya bisa pasrah dan terus membantu orang tuanya bekerja di kebun.(repro:riaupotenza)