Walau tak memiliki Tekhnologi Penyadapan,
Perwira Polri ini mampu ungkap Gembong besar Narkoba antar negara

Perwira Polri ini mampu ungkap Gembong besar Narkoba antar negara


Kamis 07 Juli 2016 18:08:00 WIB
TribratanewsriauNamanya AKBP Dasmin Ginting, SIK. Team Tribratanewsriau mewawancarainya karena alasan beliau adalah satu di antara dua personil Polri yang mendapat penghargaan dari Kapolda Riau karena prestasinya disaat Hari jadi Polri, 1 Juli 2016 yang baru saja diperingati.

Memulai karier sebagai seorang Perwira Polri dari jalur Akpol tamatan tahun 1999, AKBP Dasmin Ginting, SIK - telah banyak melanglang buana bertugas di seluruh daerah di Indonesia. Terakhir masuk ke Polda Riau di Direktorat Reserse Narkoba. Sebagai pejabat di direktorat ini, ia tertantang untuk mengungkap peredaran Narkotika yang sangat besar di wilayah Riau. AKBP Dasmin Ginting sering mendengar berita penangkapan Shabu dan Ectasi oleh pihak Polri dan BNN di Jakarta dan terungkap bahwa pelaku yang ditangkap itu rupanya menyelundupkan barang haram dari luar negeri dengan memanfaatkan pelabuhan tikus yang ada di perairan Riau. 

Membaca berita yang sangat banyak beredar seperti itu membuat AKBP Dasmin Ginting merasa ditampar. Wilayah Polda Riau sangat sering dilalui oleh pengedar Narkoba antar negara, namun karena keterbatasan peralatan Teknologi Penyadap Komunikasi yang tidak dimiliki Polda Riau membuat mereka selaku aparat yang ditugaskan tidak bisa mengendus pergerakan para pengedar yang telah merusakkan generasi penerus kita dengan barang haram yang mereka jual ini.

Akhirnya, dengan segala keterbatasan tekhnologi yang dimiliki Direktorat Narkoba Polda Riau membuat AKBP Dasmin harus berpikir keras memutar otak darimana ia harus memulai penyelidikan untuk membongkar kasus Narkoba yang sudah pasti ada diwilayah kerjanya. Secara manual ia memerintahkan anak buahnya untuk membuka file file yang dimiliki Direktorat Narkoba Polda Riau tentang "Saudagar Narkoba" yang pernah ditangkap jajarannya. Lalu Ia memperkecil ruang lingkup penyelidikannya pada data data Saudagar Narkoba level besar agar lebih terfokus. Ia meneliti dimana mana saja para pelaku itu sekarang. Akhirnya berbekal data ditangannya, matanya tertuju pada sebuah nama yang sudah pernah ditangkap dan kini telah selesai menjalani hukuman di LP. Pelaku berinisial ZKN ini, masuk dalam daftar yang dicurigai kembali bermain di bisnis ini. Ia segera membuat satu team kecil yang anggota Team ini hanya dia dan seorang anak buah yang ia percayai. Mereka berdua bekerja dalam sunyi disetiap penyelidikan penyelidikan yang mereka berdua lakukan. Disaat seperti ini mereka sangat merasakan bahwa andai saja Direktorat Narkoba Polda Riau sudah memiliki Unit Penyadap Telepon sebagaimana sudah dimiliki oleh banyak Polda lain tentulah mereka tidak akan kesulitan dan seberat seperti yang sudah mereka alami. Mereka berdua terpaksa harus menunggu tanpa kepastian kapan si tersangka melewati sebuah wilayah yang dicurigai, kapan mobil tersangka keluar dari rumah tersangka. Terkadang pengintaian itu bisa memakan waktu tiga hari sampai seminggu. Tak jarang setelah penantian sekian lama, malah sakitnya yang terasa adalah saat mereka mendengar kabar dari informan yang mereka bina bahwa barang (baca: Shabu) sudah sukses dikirim ke Jakarta sekian kilogram. Mereka berdua tentu kecewa tapi tak patah arang. Penyelidikan tetap dilakukan secara manual tanpa kenal lelah. Team kecil ini membayar informan yang keberadaan si Informan itu sendiri sebenarnya juga terancam keselamatannya oleh "Saudagar Narkoba" antar negara ini. 

Alhamdulillah.... penyeledikan yang mereka berdua lakukan akhirnya membuahkan hasil. Informan yang merupakan warga kampung ditempat tinggal pelaku mengirim sms bahwa Ban Mobil pelaku terlihat sangat kotor pagi ini. Ini menandakan bahwa pelaku dan mobilnya baru saja menempuh medan berat tanpa aspal. Diperkirakan bahwa pelaku baru saja menerima "barang dagangan" dari pelabuhan tikus yang sangat banyak terdapat di sepanjang pantai perairan Riau. 

Secepat kilat Operasi Penyergapan disusun. Puluhan anak buahnya dilibatkan. Tak satupun anggotanya tersebut tau kemana Operasi penyergapan akan lakukan. Yang jelas, pagi itu semua HP anak buahnya ia sita. Dengan menggunakan alat angkut khusus agar Operasi tidak bocor ke pihak lawan, anak buahnya dibawa ke sebuah lokasi. Dekat dari rumah target barulah HP anak buahnya dikembalikan dimana posisi anak buahnya sudah dalam posisi mengepung rumah pelaku. Penantian sekian lama membuahkan hasil. Dari penggerebekan yang terbilang heroik itu akhirnya team yang dipimpin AKBP Dasmin Ginting berhasil menyita ribuan pil Ektasi dari rumah tersangka ZKN. Namun satu hal yang tak bisa dipungkiri bahwa keberhasilan ini tidaklah tuntas. Pelaku dari Malaysia dan pelaku pelaku lain tidak bisa dilacak karena ketiadaan alat penyadap. Padahal transaksi haram ini pastilah dikirim menggunakan rekening yang bisa dilacak dengan alat penyadap. AKBP Dasril sangat berharap agar kedepan Polda Riau bisa memiliki alat Penyadap ini karena lokasi Polda Riau bener bener "pintu gerbang" peredaran Narkoba di Indonesia (AA)
Scroll to top