Jual Perhiasan Istri, Bripka R Manurung Bangun Sekolah Marjinal di Desa Batu Sasak Kampar

Jual Perhiasan Istri, Bripka R Manurung Bangun Sekolah Marjinal di Desa Batu Sasak Kampar


Selasa 29 Oktober 2019 18:45:53 WIB
Tribratanewsriau - Tanggung jawab membangun dunia pendidikan, baik pembangunan material hingga turut menjadi tenaga pengajar tidak hanya menjadi kewajiban pemerintah. 

Berdirinya dua bangunan untuk belajar dan satu ruangan majelis guru digabung ruang perpustakaan, cabang Sekolah Dasar (SD) 010, di Dusun Sialang Harapan, Desa Batu Sasak, Kampar, menjadi contohnya. 

Sekolah ini dibangun diatas tanah yang di wakafkan Darimi, berdiri sejak tahun 1996. Alasannya, sekolah induk berjarak 2,5 kilometer. 

Dibandingkan jalan perkotaan memang tak pula terlalu jauh. Namun, kondisi di lapangan, jika harus menempuh pendidikan di sekolah induk. Anak-anak harus melewati jalan berbukit dan tanah. Sehingga berlumpur, saat hujan. 

Untuk anak yang tinggal diseberang aliran sungai, mereka harus melewati aliran sungai kecil setinggi lutut orang dewasa. 

Adalah Bripka Ralon Manurung dan istri yang bertekad mendirikan bangunan SD 010 itu. 

Kisahnya, berawal saat Ralon menjalankan tugas mengatur lalu lintas di Simpang Tugu Zapin, Jalan Sudirman Pekanbaru. Sementara itu, sang istri sedang berselancar di media sosial (Medsos). 

Beberapa orang yang ingin di seberang kan ternyata ingin meminta sumbangan, untuk biaya membangun SD 010 Dusun Sialang Harapan, Desa Batu Sasak, Kampar. 

Sementara sang istri tahu, setelah melihat postingan Riko warga Dusun Sialang Harapan yang viral di Facebook nya, melalui siaran langsung (live) langsung saat meminta sumbangan bersama teman-teman nya. 

Sang istri pun meminta Riko mengajak teman-temannya datang kerumah, bermaksud memberikan bantuan. Asyik ngobrol, Rolan pulang bertugas. 

''Ternyata tamu istri saya, sama dengan beberapa orang yang saya bantu seberang kan pas tugas pengaturan lalu lintas,'' tutur Ralon. 

Pernah merasakan hal yang sama, menjadi salah satu alasan Ralon membantu. Pengalaman bersekolah dirasakan nya, saat tinggal di Kandis dan bersekolah bersama anak suku Saksi di SD 058. Dengan menempuh jarak beberapa kilometer. 

Hasil pertemuan Ralon dan tim pencari sumbangan menyepakati akan membiayai pembangunan cabang SD 010 itu. Kemudian mengunjungi lokasi. 

Pembangunan disepakati dibangun secara swadaya, oleh masyarakat setempat yang pandai bertukang. Sementara Ralon hanya membeli bahan bangunan. 

''Uang itu tabungan saya dan istri,'' kata Rolan. 

Di saat pembangunan sedang berjalan, dengan memakan biaya Rp12,5 juta ternyata masih kurang Rp2,5 juta. Sehingga, Ralon memutuskan menjual perhiasan istri. 

Setelah bangunan sekolah yang layak berdiri, bantuan yang diberikan Ralon tidak berhenti sampai disitu. Kadang ia menyempatkan kembali datang, untuk memberikan bantuan berupa buku dan beberapa helai pakaian sekolah. 

''Ini saya lakukan karena berkaca pada pengalaman semasa saya bersekolah di SD 058 Kandis, Siak. Hal yang sama saya rasakan, karena harus menempuh jarak yang jauh. Agar bisa bersekolah,'' sebut Rolan. 

Paska dibangun, Ipul salah satu muridnya mengaku merasa senang belajar. Karena atap dinding, hingga tembok sekolahnya sudah ada. 

''Terimakasih Pak Ralon, alhamdulillah saya dapat belajar dengan tenang dan dapat buku lagi,'' kata Ipul. 

Rasa terima kasih juga disampaikan Pendri tokoh masyarakat setempat. Karena bantuan Ralon Manurung ini, anak-anak ditempanya dapat nyaman belajar, dan tidak kehujanan seperti dulu. 

Dulunya, kata Pendri, SD ditempatnya dibangun. Karena memang, sangat sulit bagi anak-anak ditempatnya untuk bersekolah ke sekolah induk. 

''Sebelum jalan seperti sekarang ini, dulunya untuk mencapai sekolah induk butuh waktu berjam-jam. Apalagi, anak-anak juga harus melewati sungai setinggi kaki orang dewasa,'' ungkap Pendri.

Namun, Pendri mengungkapkan, pihaknya masih membutuhkan bantuan dari pemerintah. Agar kapasitas sekolah tersebut, memadai untuk menampung anak-anak warga setempat. 

''Tanpa menyampingkan bantuan pak Ralon, sekolah kita ini masih membutuhkan bantuan. Seperti pembangunan jalan, dan fasilitas lainnya yakni buku belajar. Hingga ketersediaan tenaga pengajar,'' ungkap Pendri.
Scroll to top